Semangat Ibu Koryati dan Al-Qur’an Braille

Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Ada yang berjalan mulus, ada pula yang penuh liku. Namun, ketika keimanan menjadi pegangan, perjalanan itu selalu menghadirkan kekuatan yang tak terduga. Begitu pula dengan seorang ibu bernama Koryati—sosok sederhana yang tetap menjaga semangatnya meski hidup dengan keterbatasan.

Awal Kehidupan dan Kondisi Mata

Keterbatasan penglihatan yang dialami Ibu Koryati sudah berjalan sekitar 7 tahun. Dahulu, saat masih tinggal di kampung, fasilitas kesehatan sangat terbatas. Tidak ada dokter spesialis mata seperti sekarang. Banyak warga hanya bisa menerima nasib tanpa penanganan medis yang memadai.

Dalam kondisi itu, Ibu Koryati tetap menjalani hidup dengan penuh kesabaran. Ia menikah, merantau, dan kini tinggal di rumah kontrakan bersama suami serta empat orang anak. Dua anaknya sudah berkeluarga, sementara dua lainnya masih mendampingi di rumah kontrakan sederhana.


Kesempatan Berharga: Sekolah di SLB pada Usia 15 Tahun

Perjalanan pendidikan Ibu Koryati tidaklah biasa. Di usia 15 tahun, saat anak-anak lain sudah lama duduk di bangku sekolah, ia baru berkesempatan masuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Kala itu, Dinas Sosial datang ke pelosok-pelosok mencari anak-anak berkebutuhan khusus untuk diberi kesempatan belajar.

Di sekolah itulah Ibu Koryati belajar huruf Braille, baik huruf Indonesia maupun huruf Arab. Meski memulainya terlambat, semangatnya tidak pernah padam. Ia percaya bahwa ilmu adalah bekal penting untuk masa depan, meski jalannya berbeda dari orang lain.


Belajar Al-Qur’an Braille di Usia 25 Tahun

Sekitar sepuluh tahun setelah mengenal huruf Braille, Ibu Koryati mendapat kesempatan untuk belajar Al-Qur’an Braille di usia 25 tahun. Prosesnya tidak mudah. Pada masa itu, mushaf Braille masih sangat terbatas dan sederhana. Ia belajar satu per satu huruf dengan penuh kesabaran, jauh berbeda dengan teknologi cetak Braille yang sudah lebih baik saat ini.

Namun, dari situlah lahir kecintaannya pada Al-Qur’an. Meski dengan keterbatasan, ia tetap berusaha menjaga interaksi dengan kalam Allah.


Kehidupan Sederhana di Rumah Kontrakan

Kini, Ibu Koryati menjalani hari-hari di rumah kontrakan bersama keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan, ia membuka jasa pijat sederhana. Penghasilannya bergantung pada pelanggan—jika ada yang datang, ia mendapat pemasukan, jika sepi, ia hanya bisa pasrah.

Dalam kesederhanaan itu, Al-Qur’an menjadi penguat hati. Sayangnya, mushaf Braille yang ia miliki sudah rata—titik-titik timbul yang seharusnya terbaca dengan rabaan tangan perlahan memudar. Membaca ayat-ayat suci pun menjadi semakin sulit.


Bahagia Menerima Mushaf Al-Qur’an Braille Baru

Ketika donatur mewakafkan mushaf Braille baru, Ibu Koryati merasa sangat terharu. Wajahnya yang teduh penuh rasa syukur. Baginya, mushaf ini bukan sekadar buku, melainkan hadiah terbesar dalam hidupnya.

Dengan suara tulus, ia menyampaikan,

“Banyak-banyak terima kasih sama donatur. Mudah-mudahan para donatur dan seluruh tim yang sudah membantu saya, diberi kesehatan dan segala kemudahan juga panjang umur. Semoga berkah dan bermanfaat bagi kami.”

Ibu Koryati menutup kesannya dengan ungkapan sederhana namun dalam,

“Alhamdulillah sangat bahagia, membantu bagi kami.”

Kalimat itu menggambarkan betapa berharganya mushaf Braille dalam hidupnya. Dengan mushaf baru, ia bisa kembali membaca ayat demi ayat tanpa hambatan.


Kisah Ibu Koryati menjadi cermin betapa wakaf Al-Qur’an Braille membawa kebahagiaan nyata bagi sahabat tunanetra. Di balik keterbatasan mata yang sudah dialami bertahun-tahun, semangatnya untuk terus belajar dan beribadah tidak pernah padam.

Berkat para donatur yang peduli, Ibu Koryati kini kembali bisa membaca kalam Allah dengan tenang. Semoga semakin banyak mushaf Braille tersebar, agar sahabat tunanetra lainnya juga bisa merasakan kebahagiaan yang sama.


Jadilah Bagian dari Cahaya untuk Sahabat Tunanetra

Kisah Ibu Koryati hanyalah satu dari banyak cerita sahabat tunanetra di luar sana. Masih ada banyak mushaf yang sudah aus, rata, dan sulit terbaca. Mereka menunggu uluran tangan para Sahabat Dermawan agar bisa kembali merasakan indahnya membaca kalam Allah.

💚 Yuk, berwakaf Al-Qur’an Braille melalui BerbagiAmal. KLIK DISINI

BACA JUGA: Seperti Apa Sih Puasa Senin Kamis Itu?