Adab Mulia Bertamu dalam Islam: Apa Saja yang Harus Kita Jaga?

Di tengah budaya digital yang membuat pertemuan langsung semakin jarang, tradisi bertamu masih menjadi salah satu cara paling indah untuk menjaga silaturahmi. Dalam Islam, bertamu bukan sekadar datang ke rumah seseorang—tapi ada etika, rasa hormat, dan adab mulia yang harus dijaga agar kehadiran kita membawa kenyamanan, bukan beban.

Menariknya, adab bertamu sudah diatur dengan sangat rinci dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi ﷺ. Ini menunjukkan betapa Islam menjaga kehormatan rumah seseorang, sekaligus mengajarkan bagaimana menjadi tamu yang baik dan membawa keberkahan.

Berikut adab mulia bertamu dalam Islam yang perlu kita pahami dan amalkan.


1. Bertamu dengan Niat yang Baik dan Tujuan yang Jelas

Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan tergantung dari niatnya. Termasuk ketika bertamu.
Datangilah rumah seseorang dengan niat untuk menjalin silaturahmi, membawa kebaikan, atau memenuhi undangan, bukan untuk gosip atau hal yang tidak bermanfaat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya…” (HR. Bukhari & Muslim)


2. Meminta Izin Sebelum Masuk (Istidzān)

Ini adalah adab paling mendasar. Jangan langsung masuk ke pekarangan atau membuka pintu tanpa izin.

Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.”
(QS. An-Nur: 27)

Praktiknya:

  • Ucapkan salam.

  • Tunggu jawaban.

  • Jika tidak ada jawaban setelah tiga kali, pulanglah.

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa meminta izin tiga kali sudah cukup. Jika tidak dijawab, bukan berarti ditolak—tapi itu adalah perlindungan bagi pemilik rumah.


3. Tidak Mengintip ke Dalam Rumah

Islam sangat menjunjung tinggi privasi. Bahkan, Nabi ﷺ pernah mengatakan bahwa jika seseorang mengintip rumah orang lain, tuan rumah boleh menegurnya keras.

Karena itu, ketika mengetuk atau menekan bel, jangan berdiri tepat di depan pintu. Berdirilah sedikit ke samping agar tidak melihat bagian dalam rumah tanpa izin.


4. Bertamu pada Waktu yang Tepat

Adab berikutnya adalah memilih waktu bertamu yang tidak mengganggu. Hindari:
❌ terlalu pagi
❌ waktu istirahat siang
❌ waktu larut malam

Waktu terbaik adalah setelah Ashar, setelah Maghrib jika sudah diundang, atau pada hari libur ketika pemilik rumah lebih senggang.


5. Tidak Memaksa Tuan Rumah

Kadang seseorang sedang tidak siap menerima tamu, dan Islam sangat memuliakan hal itu.

Jika pemilik rumah berkata “maaf belum bisa menerima tamu,” jangan tersinggung. Islam memerintahkan kita untuk memahami dan menghormatinya.

Allah berfirman:

“…Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembalilah,’ maka kembalilah. Itu lebih bersih bagimu.”
(QS. An-Nur: 28)


6. Menjaga Pandangan dan Sikap

Sebagai tamu, kita harus menjaga pandangan dari sesuatu yang bukan hak kita.
Ini termasuk:

  • Tidak melihat-lihat isi rumah tanpa izin

  • Tidak membuka lemari, ruangan, atau area privat

  • Tidak kepo terhadap urusan pribadi tuan rumah

Sikap ini menunjukkan bahwa kita datang membawa adab, bukan rasa ingin tahu berlebihan.


7. Tidak Berlama-lama Jika Tidak Diperlukan

Bertamu terlalu lama bisa membuat tuan rumah sungkan mengungkapkan kelelahan.
Karena itu, Islam mengajarkan untuk tidak memperpanjang waktu kunjungan kecuali diminta atau situasi memang sedang berkumpul santai.

Jika selesai berbincang, pamitlah dengan sopan.


8. Menghindari Pembicaraan yang Tidak Bermanfaat

Adab bertamu juga mencakup tutur kata. Hindari:
❌ ghibah
❌ membicarakan aib orang
❌ membahas hal-hal sensitif seperti harta, keluarga, dan pekerjaan bila tidak diminta

Sebaliknya, penuhilah majelis dengan doa, nasihat baik, atau perbincangan yang menyejukkan hati.


9. Membawa Buah Tangan (Jika Mampu)

Ini bukan kewajiban, tapi merupakan adab mulia yang dianjurkan.
Hadiah kecil—seperti makanan, camilan, atau buah—bisa membuat hubungan semakin hangat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.”
(HR. Bukhari)


10. Mendoakan Tuan Rumah

Setelah selesai bertamu, Islam mengajarkan untuk memanjatkan doa sebagai bentuk syukur dan balasan kebaikan.

Doa yang dianjurkan Nabi ﷺ:

“Ya Allah, berkahilah bagi mereka apa yang Engkau rezekikan, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.”
(HR. Muslim)

Ini adalah penutup adab yang membuat kunjungan kita menjadi berkah, bukan sekadar kunjungan sosial.


Kesimpulan

Adab bertamu dalam Islam bukan hanya aturan sosial, tapi juga bentuk penjagaan terhadap kehormatan, kenyamanan, dan privasi sesama Muslim. Dengan menjaga adab-adab ini, kita bukan hanya menjaga hubungan baik, tapi juga meneladani akhlak Rasulullah ﷺ.

Silaturahmi yang dilakukan dengan adab yang benar akan membawa keberkahan, memperpanjang umur, dan melapangkan rezeki.