Apa Itu Mabuk?
Secara umum, mabuk terjadi ketika seseorang mengonsumsi zat yang memengaruhi sistem saraf pusat — seperti alkohol, obat-obatan tertentu, atau zat terlarang lainnya. Tubuh menjadi tidak seimbang, kesadaran menurun, dan kontrol diri menurun drastis.
Dalam istilah medis, kondisi ini disebut intoksikasi (intoxication), yaitu ketika kadar alkohol atau zat beracun dalam darah sudah melebihi batas aman.
Apa Rasanya Saat Mabuk?
Banyak orang menggambarkan mabuk dengan sensasi “melayang”, “ringan di kepala”, atau “tidak sadar penuh”. Tapi sebenarnya, yang terjadi adalah gangguan pada sistem otak dan koordinasi tubuh.
Berikut beberapa efek yang biasanya dirasakan:
😵💫 Kepala terasa berat dan pusing seperti berputar.
🗣️ Bicara jadi cadel atau tidak terkontrol.
🚶♂️ Gerakan tubuh tidak stabil, mudah jatuh atau menabrak.
😂😭 Emosi tidak teratur, bisa tiba-tiba senang, sedih, bahkan marah.
😴 Ngantuk berat atau kehilangan kesadaran.
Efek ini berbeda-beda tergantung kadar alkohol atau zat yang dikonsumsi, kondisi tubuh, serta seberapa sering seseorang mengonsumsinya.
Kalau dosisnya tinggi banget, bisa menyebabkan muntah hebat, dehidrasi, bahkan pingsan. Dalam kasus ekstrem, mabuk bisa berujung pada kerusakan otak atau kematian akibat overdosis.
Dampak Mabuk Bagi Kesehatan
Mabuk bukan cuma bikin hilang kontrol diri, tapi juga bisa menimbulkan efek jangka panjang seperti:
Kerusakan hati (liver) karena organ ini bekerja keras menyaring racun.
Penurunan daya ingat dan konsentrasi.
Masalah jantung dan tekanan darah tinggi.
Risiko kecelakaan karena refleks tubuh menurun.
Bahkan, banyak kasus kriminal atau kekerasan yang diawali dari kondisi mabuk berat.
Mabuk Dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, mabuk sangat jelas dilarang (haram). Larangan ini bukan tanpa alasan, karena segala sesuatu yang menghilangkan akal termasuk dalam kategori khamr.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. Al-Maidah: 90)
Islam menegaskan bahwa akal adalah karunia besar yang membedakan manusia dari makhluk lain. Maka, segala hal yang merusaknya — seperti minuman keras atau narkoba — dianggap menodai kehormatan diri dan iman.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram.”
(HR. Muslim)
Hikmah di Baliknya
Larangan mabuk dalam Islam bukan sekadar mengekang, tapi justru melindungi manusia dari kerusakan fisik, mental, dan sosial.
Menghindari mabuk berarti menjaga akal tetap jernih.
Menghindari perbuatan maksiat yang bisa timbul saat kehilangan kontrol.
Menjaga kehormatan diri dan keluarga.
Menjauhkan diri dari dosa besar yang bisa menjerumuskan.
Mungkin sebagian orang menganggap mabuk itu “menenangkan” atau “menghibur diri”. Tapi nyatanya, efeknya hanya sementara — sisanya adalah penyesalan dan bahaya.
Islam mengajarkan keseimbangan dan ketenangan tanpa harus merusak diri. Kalau hati sedang gelisah, kembalilah dengan zikir, doa, dan lingkungan yang baik.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
BACA JUGA: Tata Cara Haid dalam Islam Lengkap dengan Doa dan Adabnya