Ada kalimat yang begitu menyentuh dalam Islam:
“Kemuliaan seseorang bukan diukur dari hartanya, melainkan dari cara ia memperlakukan anak yatim.”
Anak yatim bukan sekadar anak yang kehilangan orang tua — mereka adalah amanah dari Allah, cermin ujian bagi hati manusia: sejauh mana kita mampu berempati, menebar kasih, dan menjaga akhlak di hadapan mereka.
Rasulullah ﷺ sendiri tumbuh sebagai seorang yatim. Sejak kecil, beliau kehilangan ayah sebelum dilahirkan dan ibunya saat masih berusia muda. Namun dari kisah itu, kita belajar bagaimana seorang yatim bisa tumbuh menjadi manusia paling mulia, berkat kasih sayang, adab, dan kelembutan orang-orang di sekitarnya.
1. Makna Beradab kepada Anak Yatim
Kata “beradab” tidak sekadar berarti sopan atau baik. Dalam konteks ini, beradab kepada anak yatim berarti memiliki akhlak yang lembut, menghormati, menjaga perasaan, dan memperlakukan mereka dengan cinta tanpa merendahkan.
Beradab juga berarti memahami bahwa anak yatim memiliki kebutuhan batin yang dalam — bukan hanya soal sandang dan pangan, tapi rasa aman, dihargai, dan diterima.
Rasulullah ﷺ menegaskan pentingnya hal ini dalam sabdanya:
“Sebaik-baik rumah di antara kaum Muslimin adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik.”
(HR. Ibnu Majah)
Artinya, rumah yang penuh kasih dan menghargai anak yatim akan dipenuhi keberkahan dan rahmat dari Allah SWT 🌸
2. Teladan dari Hati Rasulullah ﷺ
Ketika kita berbicara tentang kasih sayang kepada anak yatim, maka tidak ada teladan yang lebih sempurna selain Rasulullah ﷺ.
Beliau tak hanya berbicara lewat nasihat, tapi memberi contoh nyata lewat tindakan.
Dikisahkan, setiap kali Rasulullah melihat anak yatim, beliau akan mengusap kepala mereka dengan lembut — bukan sekadar gestur kasih, tapi juga doa agar anak itu merasa diperhatikan dan dicintai.
Beliau pun tidak pernah membedakan anak yatim dengan anak lainnya.
Dari sinilah kita belajar, bahwa adab adalah bahasa hati — ia tidak butuh banyak kata, tapi terasa melalui sikap yang tulus. 🌿
3. Dalil Al-Qur’an Tentang Memuliakan Anak Yatim
Al-Qur’an dengan tegas mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap perilaku kepada anak yatim.
Allah berfirman:
“Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
(QS. Ad-Dhuha: 9)
Dan dalam surat lain disebutkan:
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.”
(QS. Al-Ma’un: 1–2)
Ayat ini menunjukkan bahwa memuliakan anak yatim adalah bagian dari keimanan, sedangkan menghardik atau merendahkan mereka adalah tanda lemahnya iman.
Subhanallah, betapa tinggi kedudukan anak yatim di sisi Allah SWT.

4. Hikmah dan Keutamaan Beradab kepada Anak Yatim
Berbuat baik dan beradab kepada anak yatim bukan hanya soal pahala, tapi juga tentang pembersihan hati dan penyempurnaan iman. Berikut beberapa hikmah besarnya:
🌸 a. Didekatkan dengan Rasulullah di Surga
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,”
sambil beliau mengisyaratkan dua jarinya yang berdampingan.
(HR. Bukhari)
Bayangkan… betapa indahnya jika kelak di akhirat kita berdampingan dengan beliau hanya karena kelembutan hati kepada anak yatim. 🌷
🌸 b. Membuka Pintu Rezeki dan Rahmat Allah
Setiap kebaikan yang diberikan kepada anak yatim tidak akan sia-sia. Allah akan menggantinya dengan berkah dan kelapangan rezeki di dunia maupun akhirat.
“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.”
(QS. Saba’: 39)
🌸 c. Menumbuhkan Empati dan Lembutnya Hati
Anak yatim mengajarkan kita tentang ketulusan dan kesabaran. Dengan menyentuh kehidupan mereka, kita diajarkan untuk lebih bersyukur, rendah hati, dan peduli terhadap sesama.
🌸 d. Menjadi Amal Jariyah yang Tak Terputus
Setiap sedekah, pendidikan, atau kasih sayang yang kita berikan kepada anak yatim akan terus mengalir pahalanya — bahkan setelah kita tiada.
5. Bentuk Adab Nyata kepada Anak Yatim
Beradab kepada anak yatim tidak harus dengan hal besar. Kadang, hal-hal kecil yang tulus justru membekas dalam hati mereka:
Menunjukkan wajah yang ramah
Rasulullah bersabda bahwa senyum kepada sesama adalah sedekah. Senyum lembut kepada anak yatim bisa jadi cahaya bagi harinya.Tidak mempermalukan statusnya
Jangan pernah menyinggung keadaan mereka. Hormati mereka sebagaimana kita ingin dihormati.Memberikan bimbingan dan dukungan moral
Anak yatim membutuhkan sosok yang bisa membimbing, bukan hanya memberi bantuan materi.Mengajarkan ilmu dan nilai kehidupan
Ilmu adalah warisan yang abadi. Setiap ilmu yang kita ajarkan akan menjadi bekal berharga bagi masa depan mereka.Mendampingi dengan cinta, bukan belas kasihan
Mereka bukan objek kasihan, melainkan generasi yang bisa tumbuh kuat jika diberi kasih sayang dengan adab dan empati.
6. Refleksi Diri: Sudahkah Kita Beradab kepada Anak Yatim?
Kadang tanpa sadar, kita lebih cepat menilai atau mengabaikan mereka. Padahal, di balik wajah polos itu ada perjuangan yang tidak semua orang mampu jalani.
Beradab kepada anak yatim bukan hanya tanggung jawab sosial, tapi panggilan hati dan iman.
Ia bukan sekadar amal, tapi juga latihan jiwa — untuk menumbuhkan rasa peduli, sabar, dan ikhlas.
Setiap kali kita berbuat baik pada mereka, sejatinya kita sedang memperbaiki hati sendiri.
Karena hati yang lembut kepada yatim adalah hati yang dekat dengan Allah.
Beradab kepada anak yatim adalah pelajaran dari hati Rasulullah ﷺ yang penuh kasih dan rahmah.
Beliau tak pernah membiarkan seorang yatim merasa sendiri — dan sebagai umatnya, sudah sepantasnya kita meneladani sikap itu.
Anak-anak yatim bukan beban umat, melainkan penyemai harapan bagi masa depan yang lebih baik.
Mari kita muliakan mereka sebagaimana Rasulullah ﷺ memuliakan mereka.
🌿 “Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka baginya pahala atas setiap helai rambut yang disentuh tangannya.”
(HR. Ahmad)
Ingin membantu dengan berdonasi?
Yuk salurkan donasimu, dan jadilah bagian dari Sahabat Dermawan!
KLIK DISINI atau kunjungi program kami melalui website Berbagi Amal.
BACA JUGA: Riba: Tambahan yang Menggiurkan Tapi Diharamkan, Kenapa Sih?