10 Amalan Syawal yang Sayang Dilewatkan Setelah Ramadhan Usai

Daftar amalan ringan namun berdampak besar di bulan Syawal, lengkap dengan dalil dan manfaat spiritualnya

Syawal: Momentum Menjaga Bara Iman Usai Ramadhan

Setelah sebulan penuh kita berpuasa, shalat malam, memperbanyak sedekah dan memperkuat ikatan dengan Al-Qur’an, bulan Syawal datang sebagai pembuktian: apakah bara semangat Ramadhan hanya sesaat, atau benar-benar tumbuh menjadi gaya hidup?

Syawal bukan penutup, tapi awal baru. Maka sangat disayangkan jika kita kembali ke rutinitas biasa tanpa membawa semangat Ramadhan ke bulan-bulan berikutnya. Nah, berikut adalah 10 amalan bulan Syawal yang sangat sayang jika dilewatkan. Masing-masing ringan, tapi jika diamalkan konsisten, bisa menjaga dan bahkan meningkatkan keimanan kita.

1. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Amalan ini paling masyhur dan sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.”
(HR. Muslim)

Puasa enam hari di bulan Syawal bisa dilakukan berurutan atau terpisah. Yang terpenting adalah tetap dilakukan dalam bulan Syawal. Secara spiritual, ini menunjukkan bahwa kita ingin terus melanjutkan kedisiplinan Ramadhan, bukan hanya ikut tren sesaat.

2. Menjaga Shalat Jamaah di Masjid

Salah satu efek Ramadhan adalah meningkatnya jumlah jamaah di masjid. Tapi Syawal seringkali menyusutkan semangat itu. Padahal, menjaga shalat berjamaah di masjid adalah bukti kita menjaga ruh Ramadhan tetap menyala. Bahkan dalam hadits dikatakan:

“Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Di bulan Syawal, jadikan masjid rumah kedua. Amalan ini ringan tapi besar dampaknya bagi jiwa dan komunitas.

3. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar

Di antara amalan bulan Syawal yang tidak memerlukan banyak tenaga adalah dzikir dan istighfar. Kedua amalan ini membersihkan hati dan menjaga koneksi spiritual yang mungkin mulai menurun setelah Ramadhan.

Cukup meluangkan beberapa menit di pagi dan petang untuk membaca:

  • Tasbih (Subhanallah)
  • Tahmid (Alhamdulillah)
  • Takbir (Allahu Akbar)
  • Tahlil (Laa ilaaha illallah)
  • Istighfar (Astaghfirullah)

Amalan ini membantu menenangkan pikiran, menyucikan jiwa, dan memperkuat keikhlasan.

4. Menyambung Silaturahmi

Syawal identik dengan saling memaafkan. Namun lebih dari sekadar tradisi lebaran, silaturahmi adalah amalan besar yang membuka pintu rezeki dan memperpanjang umur.

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Gunakan momen Syawal untuk memperbaiki hubungan yang renggang, menjalin kembali komunikasi yang putus, dan menebar senyum ke sebanyak mungkin orang.

5. Bersedekah Meski Sedikit

Ramadhan memang musim puncak sedekah. Tapi Syawal adalah waktu yang pas untuk mempertahankan konsistensi kebaikan itu. Tidak perlu besar—yang penting rutin. Satu bungkus nasi, satu botol air, bahkan senyum tulus pun sedekah.

Nabi bersabda:

“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. Tirmidzi)

Di bulan Syawal, jadikan sedekah sebagai bagian dari keseharian, bukan hanya momen musiman.

6. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an

Jika di Ramadhan kita bisa khatam, kenapa di bulan Syawal berhenti? Jangan jadikan mushaf kembali berdebu. Walau hanya satu halaman per hari, interaksi rutin dengan Al-Qur’an akan menjaga jiwa tetap tenang.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus…”
(QS. Al-Isra: 9)

Syawal adalah awal baru untuk memperdalam lagi pemahaman Al-Qur’an. Baca, tadabburi, dan coba amalkan isinya secara konsisten.

7. Menjaga Shalat Dhuha

Shalat Dhuha hanya butuh 10–15 menit di pagi hari. Tapi keutamaannya luar biasa, termasuk sebagai bentuk sedekah bagi seluruh persendian tubuh.

Rasulullah bersabda:

“Setiap pagi, setiap sendi dari kalian harus disedekahi… dan dua rakaat Dhuha menggantikannya semua.”
(HR. Muslim)

Di bulan Syawal, mari mulai membiasakan shalat Dhuha. Mudah, singkat, dan penuh berkah!

8. Menghidupkan Malam dengan Tahajud

Ramadhan mengajarkan kita untuk bangun malam. Jangan sia-siakan ritme itu. Walau hanya 2 rakaat, tahajud bisa menjadi pembuka pintu-pintu doa yang selama ini belum terkabul.

“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
(QS. Al-Isra: 79)

Syawal adalah waktu terbaik untuk menjaga kebiasaan tahajud tetap hidup, meski hanya seminggu sekali.

9. Menuntut Ilmu dan Menghadiri Kajian

Bulan Syawal juga waktu yang tepat untuk kembali mengisi akal dan hati dengan ilmu. Banyak majelis ilmu, kajian online, atau bacaan Islami yang bisa memperkaya pemahaman.

Rasulullah bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)

Jadikan ilmu sebagai pelita agar semangat Ramadhan tak padam. Cukup satu kajian per pekan, atau satu artikel Islam per hari, itu sudah luar biasa.

10. Membantu Sesama dan Terlibat dalam Kegiatan Sosial

Amalan Syawal terakhir yang tak kalah penting adalah aktif dalam kegiatan sosial. Ini bisa berupa:

  • Bergabung dengan relawan di masjid atau yayasan
  • Menjadi penggerak infak rutin
  • Atau bahkan sekadar membantu tetangga yang butuh bantuan

Kebaikan sosial ini adalah perpanjangan tangan dari ibadah kita. Allah mencintai orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan bulan Syawal adalah waktu yang pas untuk mulai bergerak.

Penutup: Jadikan Syawal Titik Awal, Bukan Titik Akhir

Amalan bulan Syawal sejatinya adalah perpanjangan dari energi Ramadhan. Jangan biarkan bara iman padam karena euforia Idul Fitri. Justru Syawal adalah momen untuk membuktikan bahwa semangat Ramadhan telah meresap ke dalam jiwa.

Mulailah dari yang kecil, yang ringan, dan yang bisa konsisten dilakukan. Karena Allah lebih mencintai amalan yang sedikit tapi terus menerus, dibanding yang besar namun hanya sesekali.

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

×